Selasa, April 20, 2010

Kesempatan

Anak yang rewel dan sedikit nakal adalah ujian, istri yang cerewet dan suka menuntut juga ujian, suami yang galak dan pelit itupun ujian, orang tua yang tidak perhatian ujian juga, pendapatan yang pas-pasan, utang yang semakin menggunung yang tidak terbayangkan kapan bisa membayar, berbagai penyakit yang terus menyerang,wajah yang kurang tampan, bentuk tubuh yang kurang seksi atau sedikit cacat, pendidikan yang kurang cukup, semuanya itu adalah ujian.

Bahkan juga kekayaan melimpah, istri cantik dan seksi, rumah megah, mobil mewah, aset yang semakin mengembang adalah ujian, bukan itu saja bahkan WAKTU dan KESEMPATAN yang masih ada saat adalah ujian juga. Ketika waktu sholat tiba adalah ujian, ketika Jam Kerja harus dilalui juga ujian, bahkan waktu libur atau istirahat pun ujian.

Nah uniknya Allah tidak menilai hasil ujian kita saat itu , tetapi PROSES menghadapi ujian itulah yang menjadi poin-poin untuk menentukan hasil akhir ujian. Lalu apa indikator kelulusan ujian-ujian tersebut ? yaitu terucapnya kalimat Tauhid LAA ILAAHA ILLALLAH di hembusan nafas terakhir kita. Lho kok mudah ! kan kita bisa latih zikir itu setiap habis sholat atau waktu2 tertentu, ya gak segampang itu ! sebab kalimat tersebut menuntut pembuktian bukan sekedar ucapan, Apakah ketika ujian itu datang kita benar-benar menjadikan Allah SWT sandaran satu-satunya atau masih ada yang lain ?

Jadi LELAHnya kita dalam BERPROSES dalam ujian itulah yang mengugurkan dosa-dosa kita dan mensucikan jiwa kita.

“ tidaklah ada sesuatu yang menimpa seorang muslim ( baik sesuatu itu berupa ) kelelahan, penyakit, kegundahan, kesedihan, atau sesuatu yang menyakitkannya sampai duri yang menimpanya kecuali Allah menggugurkan sebagian dosa-dosanya karena mushibah tersebut”. HR. Bukhari dan Muslim

“ Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam bersabda : tidaklah seorang muslim tertimpa sesuatu yang menyakitkannya kecuali Allah menggugurkan dosa-dosanya, sebagaimana gugurnya ( berjatuhannya ) daun-daun pepohonan “. HR. Bukhari dan Muslim.

Sebut saja namanya Pak Sobur , Adalah seorang yang rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al-Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan.

Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan beliau dikabulkan oleh Allah. Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini, keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha memperoleh rizki Allah tapi tidak tampaklah dilapangkan rizqi itu untuknya.

Padahal dahulu, ketika masih menjadi pegawai Bea Cukai. UANG ,KEMEWAHAN, DAN KESENANGAN melimpah dalam hidupnya. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini adalah Haram dan tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum Allah yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat. Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah atasnya.

Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin ia melakukan sholatul Lail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar diberikan harta yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghidupi hidup ini.

Namun berangsur-angsur PENGHASILANNYA SEMAKIN MENURUN, BELIAU SEKELUARGA SERING SAKIT DAN MENJADIKAN BADANNYA YANG SEHAT MENJADI KURUS, ANAK SATU-SATUNYA MENINGGAL SETELAH MENJALANI PERAWATAN SELAMA BEBERAPA MINGGU DIRUMAH SAKIT.

Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan menjadikannya semakin sering dan khusyu ia mendekatkan diri kepada Allah. Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya, korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rekannya terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah, semakin berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu kehadapan Rabbnya,menangis dan perih rasa batinnya.

Setiap dalam sedihnya ia berdoa, selalu ada bisikan lirih di hatinya, "Apa yang engkau harapkan itu dekat sekali, bila engkau bertaqwa!". Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia dipecat, ia berdagang. Baginya dagang yang tidak pernah untung, hutang yang semakin bertumpuk, musibah yang seakan tidak berujung .. ahhhhh.

Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya,tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan diatas, tidak juga tampak yang dijanjikanNya. Mulailah timbul pemikiran yang tidak baik dari syaithon. Hingga beliau berkesimpulan, tampaknya Allah tidak ridho terhadap doanya selama ini.Maka pada malam harinya, ia berdoa kepada Allah : "WAHAI ALLAH YANG MENCIPTAKAN MALAM DAN SIANG, YANG DENGAN MUDAH MENCIPTAKAN DIRIKU DENGAN SEMPURNA INI. KARENA ENGKAU TIDAK MENGABULKAN PERMINTAANKU HINGGA SAAT INI, MULAI BESOK AKU TIDAK AKAN MEMINTA DAN SHOLAT LAGI KEPADAMU, AKU AKAN LEBIH RAJIN BERUSAHA AGAR TIDAKLAH HARUS BERALASAN BAHWA SEMUA TERGANTUNG DARIMU. MAAFKAN AKU SELAMA INI,AMPUNI AKU SELAMA INI MENGANGGAP BAHWA DIRIKU SUDAH DEKAT DENGANMU !"

Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu ('mengkhatamkan' ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahui kapan ia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluq cahaya duduk diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Beliau hanya dapat melihat para makhluq yang duduk dihadapan Sesuatu Yang Dahsyat. Terdengar olehnya suara pertanyaan, "BAGAIMANA HAMBAKU SI SOBUR, HAI MALAIKATKU ?" nama yang tidak dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian : "Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa semua tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !"

Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!"

Tersentak beliau, itu adalah... kata-kataku semalam ...celaka, pikirnya.

Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan pemintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat Kuberi ia cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu kepadanya... rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?"

Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !" semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii...

Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...Ya Allah, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela...Ya Allah, aku rindu padaMu..."

“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan),

(setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)”

[HR. At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99]

Kamis, April 15, 2010

Apakah anda merasa memerlukan “sesuatu yang baru” seperti saya

Sahabat, apakah anda merasa memerlukan “sesuatu yang baru” seperti saya? adakah kita pernah bertanya dalam hati bagaimana caranya merubah diri menjadi lebih baik? Misalnya ada yang gampang marah, misalnya ada yang suka bergosip, misalnya ada yang berpikiran negatif terus, atau sedang ada masalah sakit hati terhadap pasangan, atau stress karena masalah kehidupan, pekerjaan, keluarga…bagaimana cara cepat kita melewati ini semua? Merubah semua menjadi baik?


Ini ada suatu suatu perspektif dari seorang Precious sebagai psychotherapist yang memperoleh berbagai manfaat dari keilmuan yang bernama Hypnotherapy !

Bagaimana memainkan Meta-Model dalam Pre-Talk? Bagaimana mengutak-atik Sub-Modalities Client atau diri sendiri untuk menghasilkan “outcome” positif? Bagaimana memainkan Waking Hypnosis secara lebih indah dengan Milton Model?

Tertarikah anda untuk bisa memasuki pengalaman mental di masa datang sesuai skenario yang diinginkan subject ( klien atau diri kita sendiri) dan membantu memperkuat Neuro-Path. Teknik ini dikenal dengan nama "Future Pacing", yang biasanya diterapkan pada kasus-kasus yang membutuhkan peningkatan motivasi. dan ternyata setelah saya lakukan self terapi dengan teknik ini, saya menemukan semngat saya yang telah memudar!.

Dengan ketrampilan inilah saya melakukan ”self programming” diri, ternyata sangat mengagumkan hasilnya. Saya jadi bisa menghilangkan kebiasaan buruk saya. Saya mudah sekali marah, meledak2, dan bagi seorang wanita dan seorang ibu seperti saya sungguh tidka nyaman memiliki kelemhan ini. Sekarang sungguh syukur tak pernah terhenti terucap karena saya bisa melakukan perbaikan dari “habitual negative” saya .

Dengan teknik hypnotherapy saya mampu untuk mencari dan menemukan Secondary Gain alias keuntungan "tersembunyi" dari sisi pribadi saya yang "negatif", kemudian "melemahkan"-nya. Sangat menarik…saya menemukannya dan saya bisa rubah setelah menemukannya.

Kebiasaan saya yang sulit fokus dan mudah panik ternyata dengan dengan "meminta" pikiran bawah sadar untuk "menunjukkan" area atau wilayah yang tidak nyaman dari masa lalu saya ternyata menemukan dimana asal masalah saya tidak fokus dan mudah parno itu, teknik ini disebut dengan "Diagnostic Trance" yang memaanfaatkan sinyal yang ditunjukkan oleh Sub-Conscious Mind, berupa Ideo Motor Signal. Semuanya mengagumkan saya kerena seluruh masalah hati saya bisa terindikasi.

Sahabat..jika anda merasakan atau memiliki pengalaman hidup sepeti saya dan ingin memperbaikinya..coba mengenal dan mengikuti pengalaman saya, sungguh apa yang saya tulis ini hanya bermaksud berbagi

Rabu, April 14, 2010

Printer & Multifunction Peripheral (MFP)


Multifunctional Peripherals are devices that combine several core technologies, including image scanning, document printing, copying and fax function into a single unit.  The prices for these devices have come down as of late and now are competitively priced with single function workgroup printers.  They fall into three categories:

Low-end devices are generally designed for the Small Office/Home Office (SOHO) market.  They are typically built around a fax machine, but connect to a computer for scanning and printing.  The can also be used as a copier for items that can feed through the fax scanner.  Prices for low-end MFPS cost anywhere from $600 for a basic ink-jet model to about $4,000 for a laser printer model.

Mid-range MFPs are based around copier functionality.  These machines typically include a book plate for copying magazines, books or other dimensional items.  They also connect to a computer for printing and scanning, and they can send and receive faxes if attached to a telephone line.  These units are ideal for small workgroups, where workers can reduce the time need to walk to larger office machines.  Mid-range MFPs cost anywhere from $2,500 to $7,000.

High-end MFPs combine copying and printing functions into a single unit.  These units offer fast printing, plus sorting options (such as stapling) normally not found on printers.  The idea behind these machines is to provide copier-like functionality for the desktop computer, enabling users to print and collate multiple copies without the added step of using a separate copier.  High-end MFPs designed for production environments can cost up to $60,000.

Pros and Cons

There are many reasons to purchase a MFP.  They are less expensive to own and manage than multiple pieces of office equipment.  With fewer machines, you benefit from lower supply and maintenance costs because fewer consumables and service calls are needed.

However, MFPs are not always able to match the performance of their standalone competitors.  For example, they may not be able to handle envelopes and labels like a standalone printer and typically lack the variety of paper trays and printer fonts you come to expect from a similar printer model. As scanners, MFPs often do not offer the resolution you would again expect from a standalone model.  Their scanners tend to be adequate for images and texts, but poor for photos and other detailed images.

MFPs function quite well as fax machines.  But herein lies security issues not found with network-attached standalone printers.  The communications capabilities of MFPs introduce security risks through the MFP’s fax modem.  A device that has a phone line and a network interface is a potential back door for hackers.  Additionally, MFPs have hard drives that store the data prior to being printed or that was scanned in as part of the copy or network scanning functions. These hard drives can be compromised by attacks on either side the firewall.

Needs Assessment

Before purchasing an MFP, its important to understand how much printing, copying or faxing is being done.

How important is the ability to print in color?  How often do you need to print or copy large quantities of collated and stapled materials?

How important is scanning?  Do you scan photos or primarily text and image documents?

How important is it that desktop users have direct fax capabilities from their workstations? 

Have you considered fully the potential security issues of MFPs?  How does the addition of the networked devices impact your security policies?

Some single-function copiers may remain because some workers, such as clerks and administrators do too much copying to share the device as a printer, whereas some single-function printers will remain because the nature of the work drives printing rather than copying. 

A thorough needs assessment will help you understand if and how MFPs will improve business processes and save money.

Considerations

MFPs are often priced the same way as copiers.  They are usually leased, with service and supply contracts negotiable and based on usage volumes.  This is quite different than the pricing strategies in the printer market.

The pricing model includes three main parts; Purchase/Lease and Payment Schedule, Financing, and Service Contracts.

Service contracts usually commit you to paying for a certain number of prints/copies per month.  Most dealers have usage-volume tiers and have price ranges for each tier.  The higher your tier, the lower the per print/copy cost should be.  However, you pay for x number of pages even if you don’t use them all.  If you exceed your allotment, you pay extra.

Procurement Vehicles

For copiers, there are three manufacturers under an exclusive contract - Canon, Ricoh, and Toshiba.

For printers, there are four manufacturers under non-exclusive WSCA contracts – HP, Dell, Kyocera, and Lexmark.  However, purchase is limited to these four by way of State standard for printers.

MFPs can be purchased from Canon, Ricoh, and Toshiba under the Copier Contract, or from HP and Kyocera (additional MFPs supported by ITSD) under the WSCA contracts or any other State procurement vehicle.

Summary

A MFP may be a good choice if;

  • You have printers, scanners, fax machines or copiers that seem to be excessively or completely underutilized.
  • Your users spend a lot of time moving documents from one device to another – printer to fax machine for example.
  • You could improve your office workflow or data storage systems by converting documents to electronic format for sending, sharing, archiving.
  • You want to reduce maintenance and consumable costs associated with a large disparate inventory of office machines.

It is incumbent upon the agency to carefully weigh these considerations in order to determine the best course of action (including which contract to use) at the time of procurement.

Ramalan Jodoh